Seni Ukir Khas Palembang


Hampir di setiap rumah masyarakat Palembang  ditemui beragam perabotan khas Palembang, dengan ukiran dan warna yang khas, maupun lemari rek. Lemari rek atau lakuer, hasil kerajinan yang sangat populer di Palembang.

Seni ukir Palembang memiliki motif khusus yang berbeda dengan daerah lain. Pengaruh Cina atau Budha Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya masih tetap melekat, dengan guratannya lebih didominasi tumbuhan bunga melati dan teratai serta tak ada  gambaran tentang manusia atau hewan.



Ciri ukiran Palembang sangat khas, perwarnaannya pun di dominasi warna kuning keemasan, warna dominan dalam ukiran Palembang. Kemilau warna yang dihasilkan dari cat warna emas inilah yang membedakannya dengan ukiran daerah lain.

Badan lemari, daun pintu, tutup aquarium atau bingkai cermin dan foto misalnya selalu disaput cat warna emas. Sementara bagian lainnya dilapisi warna merah tua dan hitam. Ukiran kayu palembang biasanya menggunakan jenis kayu  kayu tembesu yang keras dan kuat.



Gaya ukiran Palembang umumnya menggunakan dekoratif dengan teknik rendah, tinggi dan tembus (terawang) sedangkan motif seni ukiran yang umum digunakan tersebut dikenal dengan nama pohon kemalo.

Penerapan ukiran kayu Palembang banyak digunakan untuk ornamen bangunan rumah tradisional Palembang (rumah limas). Ada  juga berbagai bentuk kerajinan ukiran khas Palembang seperti lemari hias berbagai ukuran, dipan (tempat tidur), akuarium, bingkai foto atau cermin, kotak sirih, sofa,  pembatas ruangan dan lain sebagainya. Padahal dahulu ukiran Palembang hanya terbatas pada lemari yang fungsinya untuk menyimpan kain songket.



Ukiran kayu yang sejak beratus tahun tumbuh dan hidup di Palembang itu disenangi banyak kalangan. Saat ini ukiran kayu khas Palembang telah tumbuh menjadi industri yang menjanjikan. Industri rumahan ukiran kayu Palembang tumbuh di banyak pelosok “kota pempek”.

Salah satunya  pusat perdagangan ukiran kayu Palembang terdapat di sejumlah jalan di sekitar masjid Agung Palembang. Kawasan Jalan Faqih Jalaluddin 226 19 ilir Palembang ini misalnya, merupakan tempat para perajin ukiran Palembang. Belasan ruang pamer show room ini sekaligus juga menjadi tempat mengecat atau mengerjakan tahap akhir ukiran (finishing touch) hasil karya para pengukir yang terletak di tengah pusat kota metropolis ini.


Hiasan Lakuer 

Ada lagi kerajinan Lakuer  diadopsi dari istilah bahasa inggris lacquer yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama laccifer lacca . Tumbuhan tempat bertenggernya serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok dan daerah pegunungan Himalaya. Orang Jepang menyadapnya dari pohon tersebut sekali dalam 10 tahun. Di Sumatera Selatan pohon tersebut dikenal dengan nama pohon kemalo.



Dalam proses pembuatannya perajin mengoperasikan bubut untuk membentuk sebongkah kayu menjadi bulat atau silindris. Sedang bentuk kotak atau dinding pemisah (sketsel dak perlu pembubutan, cukup dengan membentuknya dari bilah-bilah papan kayu yang terbaik untuk bahan baku sesungguhnya mahoni. Tapi untuk saat ini perajin mulai beralih ke tambesu sebab mahoni sulit didapat.

Selanjutnya permukaan lakuer dihaluskan dengan ampelas diberikan warna dasar dengan oker, lantas dijemur sampai kering. Lubang-lubang didempul kembali diampelas barulah mereka membubuhkan lukisan dengan tinta china. Motif hiasannya biasa terinspirasi oleh lekuk-lekuk di alam seperti tumbuhan  bunga dan sebagainya.

Ragam hias yang telah dilukis biasanya diwarnai merah kesumba, merah darah hitam dan emas (prada). Warna dasar yang digunakan hitam dan merah kesumba. Terakhir dilakukan bal yaitu dipoles agar permukaannya berkilauan supaya cat tahan lama dan kelihatan cemerlang perajin melapisinya  lagi dengan cairan serlak  vernis  lalu dijemur kembali.

Kerajinan ini pun sangat diminati, berbagai even internasional mulai dari Sea Games XXVI sampai Parlemen Negara-Negara Islam Dunia di Sumsel membuat kerajinan ini diboyong oleh para peserta even internasional tersebut.

Flag Counter