Gending Sriwijaya | Lirik Lagu | Tarian | Sejarah



"Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala. Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya. Dalam seni kunikmatkan lagi zaman bahagia. Kuciptakan kembali dari kandungan Mahakala. Sriwijaya dengan asrama agung Sang Mahaguru. Tutur sabda dharma phala khirti dharma khirti. Berkumandang dari puncaknya Si Guntang Maha Meru. Menaburkan tuntunan suci Gautama Budha Shanti". Demikian, isi bait pertama syair lagu Gending Sriwijaya, yang disusun oleh Nungcik AR pada tahun 1940-an. 

Tahun 1990/1991, Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Sumatra Selatan menerbitkan deskripsi Tari Gending Sriwijaya, yang penyuntingnya diketuai oleh Izi Asmawi (alm). Berdasarkan deskripsi itu, dikatakan bahwa tari Gending Sriwijaya adalah satu dari sekian tari sambut atau tari persembahan yang ada di Sumatra Selatan. 



Proses penciptaan tari Gending Sriwijaya yaitu untuk memenuhi permintaan dari pemerintah (era pendudukan Jepang), kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung ke Keresidenan Palembang (sekarang Provinsi Sumatra Selatan). 

Penata tarinya adalah Tina Haji Gong dan Sukainah A. Rozak, berbagai konsep telah dicari dan dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada, dalam upaya menata tari Gending Sriwijaya ini. 



Pakaian dan properti yang digunakan dalam tari Gending Sriwijaya, disesuaikan dengan pakaian adat daerah dengan peralatan yang biasa digunakan pada upacara penerimaan tamu secara adat, yaitu dengan penyuguhan Tepak Sirih selengkapnya. 

Jumlah penari sebanyak sembilan orang sebagai simbolisasi dari Batang Hari Sembilan atau sembilan sungai yang ada di Sumatra Selatan. Maksudnya, dengan tari Gending Sriwijaya penyambutan tamu dimaksud, dilakukan atas nama seluruh daerah yang ada di wilayah Sumatra Selatan. 



Selain dari kesembilan orang penari, ada juga pengiring yaitu: seorang penyanyi yang menyanyikan lagu Gending Sriwijaya, seorang pembawa payung kebesaran, dan seorang atau dua orang lainnya adalah pembawa tombak. 

Musik atau lagu pengiring tari Gending Sriwijaya, dinamai (berjudul) juga lagu Gending Sriwijaya. Penciptanya adalah A. Dahlan Muhibat, seorang komposer juga violis pada group Bangsawan Bintang Berlian, di Palembang. 

Lagu Gending Sriwijaya, diciptakan dan digarap oleh A. Dahlan Muhibat. Ketika proses penciptaannya, pemerintah menyodorkan usul pada A. Dahlan Muhibat untuk memasukkan sebuah konsep lagu Jepang. 



Sementara, untuk syair lagu Gending Sriwijaya, dibuat oleh Nungcik AR. Dan, dengan selesainya penataan tari dan penyusunan lagu Gending Sriwijaya tersebut, maka tuntaslah proses penggarapan tari dan lagu Gending Sriwijaya.

Seperti yang disebutkan di dalam deskipsi Tari Gending Sriwijaya, tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan di muka umum di halaman Mesjid Agung Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara penyambutan kedatangan pejabat zaman Jepang, di Palembang, yakni M. Syafei dan Djamaluddin Adinegoro. 



Pada saat tari Gending Sriwijaya pertama kali dipergelarkan di halaman Mesjid Agung kala itu, kesembilan orang penarinya adalah: Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A. Rozak, Tuhfah, Halimah, Busron, Darni, Emma, dan Tuti Zahara. 


Berikut lirik lagu Gending Sriwijaya : 

Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka di zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di daratan se-Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa

Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.


Flag Counter